Dhuha dan Rezeki
Menguap
Saudara pernah melihat bensin?
Dimasukkan ke dalam jrigen. Lalu lupa tidak ditutup. Terus selalu diisi dan
terus diisi. Bahkan tiap hari. Tapi juga
selalu lupa ditutup. Apa yang terjadi? Betul, menguap. Sesering dan sebanyak
apapun saudara mengisi. Kalau tutupnya terbuka. Maka sepenuh dan sebanyak
apapun isinya pasti habis juga. Menguap!
Itulah jawaban ketika saya
ditanya seorang tobaters yang katanya kerjanya luar biasa semangat. Ia dan
istrinya sama-sama membangun usaha yang kata orang-orang sukses besar.
Proyeknya di sana sini. Banyak dan besar. Karyawannya ratusan bahkan ribuan,
dengan yang tidak tetap.
Tapi
jrigen rezeki yang ia isi selalu menguap. Maksudnya? Iya menguap. Kayakknya
banyak yang dihasilkan tapi tekor akhirnya sedikt bahkan nyaris habis. Suami
istri itu suka makanan dan minuman yang sehat. Pola hidupnya pun sehat. Maka
mestinya mereka sehat. Tapi itung punya itung. Mereka dan ketiga anaknya selalu
saja dalam satu bulan pasti ada yang giliran nginep di rumah sakit.
Pernah sich, dalam beberapa bulan mereka tidak mampir RS. Tapi di bulan
itu malah anaknya nyetir mobil, nabrak orang dan harus membayai RS sampai
sembuh. Ada lagi di bulan yang lain karyawannya yang masuk ke RS. Karena
sakitnya akibat terkena mesin proyeknya. Maka lagi-lagi ia yang harus
membiayai. Syukur segera disadari lalu tanya sana-sini. Termasuk sharing dengan saya.
Karena saya diizinkan
mengevaluasi. Maka saya diagnose sebisa saya. Apakah cara kerjanya ngawur?
Tidak. Nerjang syariat Alloh? Tidak! Kurang sedekah? Tidak, suami istri itu
dermawan. Nipu atau ngemplang orang? Tidak, Lalu kenapa?
Saya bertanya iseng, kalau pagi
shalat dhuha kan? Jawab mereka; apa itu? Yes ketemu. Lalu dengan kebodohan
saya. Saya sampaikan analisa begini:
“Dalam
tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk
setiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya: ”Siapakah yang mampu
melaksanakan seperti itu, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Dahak yang ada di
masjid lalu dipendam ke tanah, dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan,
maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu
semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Ahmad )
“Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk
setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan
tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah
sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua
itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.” (HR Muslim)
Bayangkan 360 ruas tulang. Itu
semua tidak gratis. Harus kita sedekahi. Bahasa tegasnya harus kita bayar
kepada Alloh melalui shalat dhuha. Lalu bayangkan pula jika ada seorang muslim
yang lama tidak shalat dhuha, berarti ia berhutang kepada Alloh.
Kalau TIDAK kita bayar 360 ruas
itu dengan shalat dhuha. Lalu dengan apalagi kalau bukan dengan yang kita
punya. Apa itu? uang yang kita cari selama ini. Otomatislah selalu menguap
sebelum sempat penuh.
Rundownnya kesehatan yang menjadi
taruhan. Alias agar uang menguap, cara Alloh adalah dengan mengambil kesehatan.
Dalam kasus yang lain yang diambil mungkin bukan kesehatan. Tapi uang keluar
gak jelas, ketipu, dibelikan barang
malah rusak atau hilang. Intinya menguap. Apapun caranya banyak ragamnya.
Tapi saking sayangnya Alloh. Dia
pasti membuat satu rentetan takdir agar kita berbenah. Lalu apa yang kita sebut
dengan penyakit atau derita dibenahiNya pula. Contoh:
Mengagetkan dokter
Sebelum kita cerita tentang
mengagetkan dokter. Kita simak dulu ilustrasi berikut ini:
Ada seorang kuli yang sedang
beraktivitas di lantai bawah. Bosnya dari lanti 7 ingin memanggilnya. Agar kuli
yang dibawah itu menengok dan memperhatikan panggilan. Sang bos melemparkan
selembar uang sepuluh ribuan. Betul, si kuli kegirangan mengambil uang tadi.
Tapi dia tidak menengok keatas. Di kiranya uang jatuh itu kebetulan.
Karena belum perhatian. Sang bos
kembali menjatuhkan uang agar kuli di bawah mau perhatian nengok keatas. Walau
jumlah nominal sudah ditambahi oleh sang bos, kulinya tetap tidak nengok
keatas.
Hal ini berulang kali dilakukan
oleh sang bos. Sampai jumlah nominal uang lumayan besar. Belum juga kuli tadi
nengok ke atas.
Akhirnya dengan terpaksa Sang bos
diatas. Mengambil batu kerikil kemudian dilemparkan tepat dikepala si kuli. Apa
yang terjadi? Baru si kuli nengok keatas.
Kita adalah kuli. Alloh adalah Big
Bos kita. Banyak sekali Alloh menganugrahkan nikmat kepada kita. Tak sadar
sering kita mengira semua ini kebetulan. Padahal semestinya kita sadar bahwa
banyak nikmat yang kita terima mestinya membuat kita nengok keatas. Alias
memperbaiki dan memperbanyak ibadah kepadaNya.
Namun ini sering kita abaikan.
Sehingga sampai ada kerikil masalah datang dalam kehidupan kita. Sebagai
peringatanNya. Hal ini sering terjadi pada kita peringatan itu sering bernama
bangkrut, tertipu patner dan sebagainya termasuk sakit.
Ada seorang ibu-ibu yang juga
sebagaimana kebanyakan ibu-ibu pada umumnya, hari-hari dihabiskan untuk
mengurus anak. Waktu terus berjalan. Hingga ada satu kejadian. Sebenarnya sudah
agak lama ia sering merasakan nyeri di dada. Hingga ketika dibawa kedokter
ternyata dia terkena kanker payudara.
Siapa yang tidak shok kalau begini. Hilanglah gairah. Sering menangis.
Terbayang tidak sedikit angka kematian akibat penyakit ini. Biaya pengobatan
mahal. Peralatan di Indonesia belum cukup memadai untuk menangani penyakit
seperti ini. Anak-anak masih kecil.
Sudahlah campur-campur rasanya di
hati. Sedih, penasaran, bingung dan sebagainya. Ikhtiar terus digencarkan. Tapi
belum menuai hasil.
Hingga ada seorang ustadz, teman
suaminya membacakan hadist:
“Dalam
tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk
setiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya: ”Siapakah yang mampu
melaksanakan seperti itu, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Dahak yang ada di
masjid lalu dipendam ke tanah, dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan,
maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu
semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Ahmad )
Yang intinya adalah menyarankan
agar dia shalat dhuha. Sembari ikhtiar dijalankan. Dengan penuh harap dan
semangat shalat dhuha digalakkan. Ia sadari ia banyak berhutang pada Alloh.
Maka bukan dua rakaat. Sebab dua rakaat
adalah untuk mensyukuri kesehatan seseorang yang normal. Kalau sudah sakit,
tentu harus semaksimal mungkin; 6, 8 hingga 12 tiap hari.
Subhanalloh dokter
yang ahli kesehatan sampai kaget. Kanker yang diderita ibu tadi membaik bahkan
nyaris hilang. Doker bertanya: “Dimana selama ini ibu berobat?” si ibu menjawab
dengan syukur dan senyuman. (*)