Sunday, 19 April 2015

Rezeki bisa Menguap?????



Dhuha dan Rezeki Menguap

Saudara pernah melihat bensin? Dimasukkan ke dalam jrigen. Lalu lupa tidak ditutup. Terus selalu diisi dan terus diisi. Bahkan tiap hari. Tapi  juga selalu lupa ditutup. Apa yang terjadi? Betul, menguap. Sesering dan sebanyak apapun saudara mengisi. Kalau tutupnya terbuka. Maka sepenuh dan sebanyak apapun isinya pasti habis juga. Menguap!
Itulah jawaban ketika saya ditanya seorang tobaters yang katanya kerjanya luar biasa semangat. Ia dan istrinya sama-sama membangun usaha yang kata orang-orang sukses besar. Proyeknya di sana sini. Banyak dan besar. Karyawannya ratusan bahkan ribuan, dengan yang tidak tetap.
Tapi jrigen rezeki yang ia isi selalu menguap. Maksudnya? Iya menguap. Kayakknya banyak yang dihasilkan tapi tekor akhirnya sedikt bahkan nyaris habis. Suami istri itu suka makanan dan minuman yang sehat. Pola hidupnya pun sehat. Maka mestinya mereka sehat. Tapi itung punya itung. Mereka dan ketiga anaknya selalu saja dalam satu bulan pasti ada yang giliran nginep di rumah sakit.
Pernah sich, dalam beberapa bulan mereka tidak mampir RS. Tapi di bulan itu malah anaknya nyetir mobil, nabrak orang dan harus membayai RS sampai sembuh. Ada lagi di bulan yang lain karyawannya yang masuk ke RS. Karena sakitnya akibat terkena mesin proyeknya. Maka lagi-lagi ia yang harus membiayai. Syukur segera disadari lalu tanya sana-sini. Termasuk sharing dengan saya.
Karena saya diizinkan mengevaluasi. Maka saya diagnose sebisa saya. Apakah cara kerjanya ngawur? Tidak. Nerjang syariat Alloh? Tidak! Kurang sedekah? Tidak, suami istri itu dermawan. Nipu atau ngemplang orang? Tidak, Lalu kenapa?
Saya bertanya iseng, kalau pagi shalat dhuha kan? Jawab mereka; apa itu? Yes ketemu. Lalu dengan kebodohan saya. Saya sampaikan analisa begini: 
“Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk setiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya: ”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Dahak yang ada di masjid lalu dipendam ke tanah, dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Ahmad )

 “Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab tiap kali bacaan tasbih itu adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada yang ma’ruf adalah sedekah, mencegah yang mungkar adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu, maka cukuplah mengerjakan dua rakaat sholat dhuha.” (HR Muslim)
Bayangkan 360 ruas tulang. Itu semua tidak gratis. Harus kita sedekahi. Bahasa tegasnya harus kita bayar kepada Alloh melalui shalat dhuha. Lalu bayangkan pula jika ada seorang muslim yang lama tidak shalat dhuha, berarti ia berhutang kepada Alloh.
Kalau TIDAK kita bayar 360 ruas itu dengan shalat dhuha. Lalu dengan apalagi kalau bukan dengan yang kita punya. Apa itu? uang yang kita cari selama ini. Otomatislah selalu menguap sebelum sempat penuh.
Rundownnya kesehatan yang menjadi taruhan. Alias agar uang menguap, cara Alloh adalah dengan mengambil kesehatan. Dalam kasus yang lain yang diambil mungkin bukan kesehatan. Tapi uang keluar gak jelas, ketipu,  dibelikan barang malah rusak atau hilang. Intinya menguap. Apapun caranya banyak ragamnya.
Tapi saking sayangnya Alloh. Dia pasti membuat satu rentetan takdir agar kita berbenah. Lalu apa yang kita sebut dengan penyakit atau derita dibenahiNya pula. Contoh:
Mengagetkan dokter
Sebelum kita cerita tentang mengagetkan dokter. Kita simak dulu ilustrasi berikut ini:
Ada seorang kuli yang sedang beraktivitas di lantai bawah. Bosnya dari lanti 7 ingin memanggilnya. Agar kuli yang dibawah itu menengok dan memperhatikan panggilan. Sang bos melemparkan selembar uang sepuluh ribuan. Betul, si kuli kegirangan mengambil uang tadi. Tapi dia tidak menengok keatas. Di kiranya uang jatuh itu kebetulan.
Karena belum perhatian. Sang bos kembali menjatuhkan uang agar kuli di bawah mau perhatian nengok keatas. Walau jumlah nominal sudah ditambahi oleh sang bos, kulinya tetap tidak nengok keatas.
Hal ini berulang kali dilakukan oleh sang bos. Sampai jumlah nominal uang lumayan besar. Belum juga kuli tadi nengok ke atas.
Akhirnya dengan terpaksa Sang bos diatas. Mengambil batu kerikil kemudian dilemparkan tepat dikepala si kuli. Apa yang terjadi? Baru si kuli nengok keatas.
Kita adalah kuli. Alloh adalah Big Bos kita. Banyak sekali Alloh menganugrahkan nikmat kepada kita. Tak sadar sering kita mengira semua ini kebetulan. Padahal semestinya kita sadar bahwa banyak nikmat yang kita terima mestinya membuat kita nengok keatas. Alias memperbaiki dan memperbanyak ibadah kepadaNya.
Namun ini sering kita abaikan. Sehingga sampai ada kerikil masalah datang dalam kehidupan kita. Sebagai peringatanNya. Hal ini sering terjadi pada kita peringatan itu sering bernama bangkrut, tertipu patner dan sebagainya termasuk sakit.
Ada seorang ibu-ibu yang juga sebagaimana kebanyakan ibu-ibu pada umumnya, hari-hari dihabiskan untuk mengurus anak. Waktu terus berjalan. Hingga ada satu kejadian. Sebenarnya sudah agak lama ia sering merasakan nyeri di dada. Hingga ketika dibawa kedokter ternyata dia terkena kanker payudara.
Siapa yang tidak shok kalau begini. Hilanglah gairah. Sering menangis. Terbayang tidak sedikit angka kematian akibat penyakit ini. Biaya pengobatan mahal. Peralatan di Indonesia belum cukup memadai untuk menangani penyakit seperti ini. Anak-anak masih kecil.
Sudahlah campur-campur rasanya di hati. Sedih, penasaran, bingung dan sebagainya. Ikhtiar terus digencarkan. Tapi belum menuai hasil.
Hingga ada seorang ustadz, teman suaminya membacakan hadist:
“Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk setiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya: ”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, ya Rasulullah?” Beliau bersabda: ”Dahak yang ada di masjid lalu dipendam ke tanah, dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat sholat Dhuha.” (HR Ahmad )
Yang intinya adalah menyarankan agar dia shalat dhuha. Sembari ikhtiar dijalankan. Dengan penuh harap dan semangat shalat dhuha digalakkan. Ia sadari ia banyak berhutang pada Alloh. Maka  bukan dua rakaat. Sebab dua rakaat adalah untuk mensyukuri kesehatan seseorang yang normal. Kalau sudah sakit, tentu harus semaksimal mungkin; 6, 8 hingga 12 tiap hari.
Subhanalloh dokter yang ahli kesehatan sampai kaget. Kanker yang diderita ibu tadi membaik bahkan nyaris hilang. Doker bertanya: “Dimana selama ini ibu berobat?” si ibu menjawab dengan syukur dan senyuman. (*)

No comments:

Post a Comment